Pastoral Mantanani
tuan
lukislah pastoral derita kami
dengan
akal dan akar cahaya
mencekalkan anak-anak dalam ilmu
membekalkan amanat hingga waktu berdiri nanti
tak lagi memandang sekadar cakerawala mimpi-mimpi
kami kenal bahasa laut
pasir pantai di sini dicumbui suci
tapi dalam fikiran siapakah
harus ditanam angin utara yang memburam
seluruh deria menunggu berlabuh pilu
tuan tak perlu berkayuh meniti ke sini
bersahabatlah dengan gelombang atau angin yang bersuara
sering
disambut anak-anak kecil
atau para pria berkumpul di pinggir pantai
mencipta
bom-bom ikan
menyara kepulan kehidupan di tengah lautan
jika
nanti kau masih melihat orang-orang cacat di sini
fahamilah
bahasa yang memberi pedoman
hari-hari
mendatang milik mereka
buka matamu melihat di antara rumah-rumah mewah
dan pondok-pondok seadanya
diaromakan
bau laut
hening antara tanda-tanda nesan
malah hutan kecil di tanjung memberi sarang kesenangan
dimiliki
turunan yang tidak berkesudahan;
calet di pinggir yang hanya diriuhi pelancong
anak-anak yang tekun ke sekolah sarat menggedong buku
sambil yang buta bermain pasir atau kereta kawalan jauh
anak-anak gadis ke kota dan pulang menyambut jodoh
yang menanti
lapangkan senjang waktu-waktumu selain golf di kota
saujana
kasih memunggah derita keluh kesah
ibu-ibu yang sarat bersalin di tengah pesta ombak
tuan, ke marilah
kerana waktu telah tiba menunai kebaikan
sebelum duduk di atas singgahsana di mercu
sambil kami berpesta bersama burung camar
dan anak-anak ikan yang galak di pantai.
Pulau Mantanai,
5-6 Januari 2003.